KHILAFAH,KHALIFAH,HOAX DAN TERORISME
Saat ada adu tagar pro 01 vs 02 pasca Debat IV Pilpres, di antara berbagai tagar yang trending, saya melihat ada tagar yang beda sendiri: “Islam Damaikan Dunia”. Saya buka cuitan-cuitan dengan tagar ini, ternyata secara bersamaan mereka membawa tagar: Rindu Pemimpin Cinta Islam, Khilafah Ajaran Islam, Haram Pemimpin Anti Islam.
Tak salah lagi, mereka rupanya orang-orang HTI.
Yang menarik di sini: HTI menolak sistem demokrasi (pemilu), tetapi menunggangi pilpres 2019 dengan mendorong para pemilih agar tidak memilih ‘pemimpin yang anti Islam’.
Yang ingin saya bahas kali ini adalah hal-hal fundamental (sangat melibatkan akal sehat/logika) soal jargon-jargon HTI ini.
Begini, ada yang disebut ‘etimologi’ (asal kata), ada ‘terminologi’ (peristilahan).
Beberapa hari yll, Prof Din Syamsuddin bikin press-rilis, yang intinya menyatakan bahwa ‘khilafah adalah ajaran Islam, ada di Quran’. Lalu, dibantah oleh Prof Nadirsyah, intinya,, yang ada di Quran itu ‘khalifah’, bukan ‘khilafah’ dan keduanya adalah kata yang berbeda.
Lalu para netizen pro HTI pun heboh menanggapi, antara lain, “Ya kalo ada khalifah, pasti ada khilafahnya dong!” lalu berbusa-busa menjelaskan makna kata khalifah/khilafah.
Nah, yang kayak gini adalah perdebatan etimologi (asal kata).
Di Quran, menurut banyak ahli tafsir, kata ‘khalifah’ berarti wakil Allah di muka bumi. Yang dimaksud adalah: semua manusia seharusnya berperilaku sebaik-baiknya di muka bumi ini karena ia sejatinya adalah wakil Tuhan.
Sementara ketika kita bilang ‘khilafah’, kita sedang merujuk pada istilah, pada satu sistem tertentu, atau pada ISIS (ISIS juga menyebut diri ‘khilafah’). Ini disebut: terminologi.
Jadi, saat berdiskusi, biar ga pening kepala melawan para anggota/simpatisan HTI, Anda sebaiknya pahami bahwa mereka sedang berusaha memainkan ‘etimologi’ (asal kata) sementara kita (kaum moderat) sedang bicara di tataran terminologi (definisi istilah).
0 comentários: