Social Share Icons

MANFAAT DARI TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA


Manusia memang diciptakan sebagai makluk individu yang juga merupakan sebagai makluk sosial. Sebagai makluk sosial, manusia juga diwajibkan mampu berinteraksi dengan individu / manusia lain dalam rangka memenuhi kebutuhan.
Dalam menjalin kehidupan sosial bermasyarakat, seorang individu juga akan dihadapkan dengan suatu kelompok – kelompok yang berbeda dengan dirinya. Salah satu perbedaan itu adalah kepercayaan / agama dan juga suku.
Dalam menjalin kehidupan sosial, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam dinamika kehidupan akan ada suatu gesekan  yang terjadi antar kelompok masyarakat. Baik yang berkaitan dengan agama atau juga suku. Dalam rangka menjalin persatuan dan kesatuan dalam masyarakat, maka akan diperlukan sikap saling menghormati dan juga melindungi sehinga tidak terjadi gesekan – gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian dan juga peperangan.
toleransi antar umat beragama
Hal ini juga tertera dalam Undang – Undang Dasar 1945 yang berisi bahwa negara juga menjamin kemerdekaan tiap -tiap warganya untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing – masing. Hal ini juga menegaskan bahwa kita sebagai warga negara sudah sewajarnya saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara lingkungan kita sehingga keutuhan dan kerukunan negara dan juga menjunjung tinggi sikap toleransi antara suku dan umat beragama.
Perwujudan toleransi dalam kehidupan sehari – hari contohnya seperti kita memahami setiap perbedaan, sikap saling tolong menolong antara umat beragama dan juga tidak membeda bedakan suku, ras, agama serta budaya yang melekat dalam diri orang tersebut.
Jika dilihat dari segi manfaat, toleransi beragama memang banyak sekali jika kita senantiasa menerapkannya. Akan tetapi dalam melakukannya kita harus dengan sewajarnya dan tidak bisa berlebihan karena hal itu akan menyinggung perasaan orang lain dan justru berdampak merugikan terhadap diri kita sendiri nantinya.

0 comentários:

Gus Mus: Hindari Politisasi Agama

KH Mustofa Bisri (Gus Mus) meminta politikus tidak menyeret agama untuk kepentingan politik praktis dan merebut kekuasaan saja. Karena hal itu dapat merugikan agama Islam sendiri, apalagi digambarkan pembuat kerusuhan dan haus kekuasaan.

Sekarang banyak politikus yang menarik-narik agama ke politik. Allah dibawa-bawa ke ranah kampanye. Suriah dulu rusak karena agama digunakan untuk kepentingan politik.

Hal itu disampikan Gus Mus pada acara Haul ke-3 KH Aziz Manshur di Pesantren Pacul Gowang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin (6/11) kemarin.

"Dalil tidak digunakan pada tempatnya. Bisa-bisanya surat Al Maidah ditarik ke politik, perkara lima tahun sekali kok dibelain sampai kayak mau kiamat, padahal lima tahun lagi akan ada pemilihan baru," katanya.

Gus Mus juga menyoroti banyaknya politikus yang menggunakan dalil-dalil Al-Qur'an untuk menjatuhkan lawan politik. Ayat suci tersebut digunakan untuk membenarkan tindakannya. Terkesan memaksakan dalil. Bahkan karena saking fanatiknya pada pilihan politik sampai-sampai merusak persaudaraan. Kakak dan adik tidak lagi akur. Sama tetangga tidak berteguran karena beda pilihan.

"Jadi saya tidak terlalu percaya kalau politikus suka dalil-dalil, kepentingan sesaat. Bahayanya kalau seandainya dalil lima tahun lalu berbeda dengan tahun sekarang. Karena keadaan politik, padahal jejak digital itu kejam. Malah kelihatan tidak konsisten, dulu mengharamkan tapi sekarang membolehkan," ujar Gus Mus.

Gus Mus pun mengaku heran dengan kelompok Islam gerakan kembali ke Al-Qur'an dan Hadits. Kelompok ini merasa paling benar dan teriak ke sana ke mari merasa paling gagah. Mereka berdemo-demo seolah paling benar. Ia berpendapat gerakan ini subur juga karena sekarang orang waras banyak yang mengalah. Ini harus dibalik sekarang, orang waras harus bicara.

"Kok ya ada gerakan kembali ke Al-Qur'an dan Al-Hadits tapi Al-Qur'an yang dimaksud adalah Qur'an terjemahan Departemen Agama (Depag). Padahal bahasa Indonesia itu tidak bisa sempurna memaknai bahasa Al-Qur'an. Karena keterbatasan kosa kata. Bersyukurlah santri yang masih belajar di pesantren," beber Gus Mus.

Oleh karenanya, Gus Mus usul untuk melawan gerakan kembali ke Al-Qur'an dan Hadits dengan ngaji kepada para ahli di pesantren. Ditambah lagi dengan memperbanyak kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Karena kalau tidak begitu, orang tidak paham agama secara mendalam akan berfatwa terus.

"Maulid nabi dan Haul kalau bisa setiap malam, biar tidak lali (lupa-red) sama kebaikan nabi dan kiai. Biar tidak ada lagi istilah nabi dawuh ngulon (barat), orangnya malah ngetan (timur). Sudah salah, ditambahi takbir lagi. Kembali ke Al-Qur'an itu ya ngaji, kembali ke pesantren," tandas Gus Mus. (Syarif Abdurrahman/Muiz)



http://www.nu.or.id

0 comentários:

GP Ansor Jelaskan Soal Viral Pembakaran Bendera Tauhid


GP Ansor Jelaskan Soal Viral Pembakaran Bendera TauhidKetua Umum GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas (dok. detikcom)
Jakarta - Di media sosial beredar video dengan keterangan oknum anggota Banser membakar bendera tauhid. GP Ansor, induk dari Banser, menyatakan pembakaran itu sebenarnya dilakukan pada bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sekaligus untuk menjaga kalimat tauhid.

Peristiwa pembakaran itu terjadi di Garut, Jawa Barat. Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas langsung menelusuri video tersebut. Pria yang akrab disapa Gus Yaqut itu mengatakan anggotanya melihat bendera tersebut sebagai simbol bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), ormas yang sudah dibubarkan oleh pemerintah.

"Saya sudah cek teman-teman di Garut, tempat di mana pembakaran itu terjadi. Sudah saya tanyakan juga ke pengurus di sana, teman-teman yang membakar itu melihat bendera tersebut sebagai bendera HTI," ujar Yaqut saat dimintai konfirmasi, Senin (22/10/2018).
Yaqut memiliki perspektif sendiri terkait peristiwa ini. Dia mengatakan pembakaran yang dilakukan itu untuk menghormati dan menjaga kalimat tauhid.

Sebagaimana diketahui, dalam bendera HTI tertulis kalimat tauhid di dalamnya. Sebagai organisasi, HTI sendiri sudah dibubarkan oleh pemerintah karena dianggap mempunyai paham anti-Pancasila.

Dia memberi contoh cara yang sama akan dilakukan jika menemukan lembaran Alquran. Hal itu dilakukan agar tak terinjak-injak dan terbuang di tempat yang tak semestinya.

"Saya mencoba memahami dari sudut pandang yang berbeda bahwa apa yang dilakukan teman-teman itu adalah upaya menjaga kalimat tauhid. Jika bukan bendera yang ada tulisan tauhidnya, bisa jadi, oleh mereka tidak dibakar, tetapi langsung buang saja ke comberan," ujarnya.

"Membakar bendera yang ada tulisan kalimat tauhid tersebut, hemat saya, teman-teman ingin memperlakukan sebagaimana jika mereka menemukan potongan sobekan mushaf Alquran. Mereka akan bakar sobekan itu, demi untuk menghormati dan menjaga agar tidak terinjak-injak atau terbuang di tempat yang tidak semestinya," sambung Yaqut menjelaskan.

Terkait peristiwa ini, Yaqut mengimbau anggotanya untuk tidak lagi melakukan pembakaran. Dia meminta anggotanya menyerahkan ke aparat keamanan jika menemukan bendera serupa.

"Saya sudah peringatkan ke kader di bawah, untuk tidak lagi melakukan pembakaran bendera apapun. Jika memang menemukan bendera-bendera tersebut, sudah saya perintahkan juga untuk diserahkan kepada aparat keamanan saja. Tidak boleh lagi ada pembakaran-pembakaran seperti kejadian di Garut itu, meskipun kami memahami kenapa kader melakukan tindakan tersebut," ungkap dia.

Ketua GP Ansor Jawa Barat Deni Haedar menjelaskan hal senada. Dia mengatakan, aktivitas membakar itu untuk melindungi ayat suci dari aktivitas penggunaan yang tidak semestinya.

"Kita minta ke pimpinan ansor Garut untuk klarifikasi sehingga dapet informasi yang valid. Info yang berkembang iya di Garut. Dalam tradisi kami untuk menjadi kesucian kalimat-kalimat thayyinah atau tulisan ayat-ayat suci dari kemungkinan dihinakan ya dibakar. Misal kalau ada mushaf al Quran sobek atau kitab-kitab sobek, daripada keinjak maka itu dibakar," ujar Deni.

"Karena kita tidak tahu dari mana barangnya. Kalau didapat berceceran misalnya tentu dibakar adalah pilihan yang baik daripada keinjak-injak. Urusan lambang organisasi terlarang sudah ada instruksi dari pimpinan pusat Ansor untuk diserahkan ke aparat negara. Secara organisatoris kita akan investigasi, setiap yang melanggar aturan organisasi tentu akan ditindak," sambungnya. (jbr/fjp)

0 comentários:

Makna Resolusi Jihad Menurut Bupati Tegal

Makna Resolusi Jihad Menurut Bupati Tegal

Makna Resolusi Jihad Menurut Bupati Tegal
Bupati Tegal (tengah) di acara Kirab Resolusi Jihad
Tegal, NU Online
Pelaksana Tugas Bupati Tegal Hj Umi Azizah mengatakan, adanya kirab resolusi jihad mengandung makna bahwa pemerintah RI tidak hanya mengajak seluruh Warga Negara Indonesia untuk mengenang jasa para alim ulama, para kiai, dan santri terhadap lahirnya Negara kita tercinta Indonesia. 

Hal itu dikatakan Hj Umi Azizah saat menyambut kirab Resolusi Jihad RMI NU Kabupaten Tegal di Pendopo Kecamatan Balapulang, Jumat (19/10).

"Yang penting adalah mengajak seluruh komponen masyarakat Indonesia, bahwa Indonesia tidak akan mungkin lahir Ketika tidak ada kebersamaan dari seluruh komponen yang ada termasuk di dalamnya jika tidak ada para alim, ulama dan santri," tandasnya.

Untuk itu, kata Umi, kewajiban kita terhadap perjuangan para pendahulu. Yakni Mari kita terus bersatu padu, bahu membahu sesuai kemampuan kita, merawat dan menjaga hasil perjuangan yang tidak lain adalah mengamankan dan menjaga kondusifitas NKRI.

"Karena keamanan adalah pilar untuk mewujudkan cita-cita mulia para pendiri bangsa yang tercantum dalam Pancasila dan UUD 1945," ujarnya

Bupati yang juga Ketua PC Muslimat NU Kabupaten Tegal itu berharap, dengan resolusi jihad ini, semangat kita dalam berkebangsaan dan bernegara semakin kokoh dan kuat. Ghirah semangat kita untuk mengibarkan cita-cita mulia para alim ulama semakin meningkat. Mudah-mudahan ke depan dapat kita wujudkan bersama.

"Indonesia hebat Indonesia maju. Dengan santri Insyaalloh Indonesia kuat. Bersama santri Indonesia semakin maju," pungkasnya.

Hadir dalam kesempatan itu Ketua RMI NU Kabupaten Tegal KH Syamsul Arifin, Plt Camat Balapulang Fakihurrokhim, Muspika Balapulang, Pengurus MWC NU Kecamatan Balapulang, pengurus badan Otonom dan ratusan nahdliyyin setempat. (Nurkhasan/Muiz)

0 comentários:

Habib Umar: Pertemuan Lintas Agama, Solusi Masalah Umat

Habib Umar: Pertemuan Lintas Agama, Solusi Masalah Umat

Rozali, NU Online 
Jakarta, NU Online
Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz atau yang lebih dikenal dengan panggilan Habib Umar, menyatakan bahwa pertemuan para tokoh agama itu sangat penting. Sebab, banyak persoalan-persoalan mendasar tentang umat manusia yang bisa dibicarakan sehingga mendapatkan penyelesaian.

"Pertemuan ini sangat penting karena ini merupakan di dalamnya insyaallah menjadi penyelesaian berkenaan tentang hal-hal problem-problem umat manusia," Kata Habib Umar dalam acara Dialog Peradaban Lintas Agama yang diselenggarakan atas kerja sama antara Pengurus Syuriyah PBNU, Majelis Muwasholah dan Majelis Dzikir Hubbul Wathon di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Sabtu (13/10).

Kegiatan yang mengusung tema  "Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa atas Dasar Rahmat Kemanusiaan" ini dihadiri sejumlah tokoh agama, seperti KH Afifuddin Muhajdir, Yeni Wahid, KH Mustofa Aqil Siroj, Romo Magnis Suseno, Pdt Martin Lukito Sinaga, dan Bikhu Dhammasubho Mahathera.

Menurut Habib Umar, setiap agama telah mengatur tentang peran dan tanggung jawab manusia dalam menjalani kehidupan di antara sesama.

"Kita semua dengan beragam agama, dari agama yang berbeda-beda dan dipadukan dengan hal-hal pokok dan dasar, yang mempersatuakan kita semua dan mempersatukan setiap orang-orang yang berakal," Ucap habib yang juga pengasuh Pesantren Darul Musthafa Tarim, Hadramaut, Yaman itu.

Oleh sebab itu, semua umat manusia dari berbagai latar belakang agama diharapkan agar menjaga persatuan sehingga stabilitas dan keamanan tetap terjaga. Sebab, katanya, jika umat tidak bersatu, maka dikhawatirkan ada provokasi atau bujukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga berdampak pada perpecahan.

"Setiap orang yang berakal setuju bahwa mencurahkan pemikiran untuk menjaga keamanan dan kedamaian yang akan membawa kebaikan," jelasnya. (Husni Sahal/Ahmad Rozali)

0 comentários:

Rasulullah tak Pernah Ajarkan Radikalisme






Abdul Muiz, NU Online | Ahad, 07 Oktober 2018 09:00

Rasulullah tak Pernah Ajarkan Radikalisme


Jakarta, NU Online
Ketua PCNU Jakarta Utara KH Ali Mahfudz mengatakan bahwa Ahlussunah wal Jamaah tidak membenarkan tindakan radikalisme. Sebab, Nabi Muhammad dan para sahabat tidak pernah mengajarkan radikalisme.

"Saya tidak setuju kelompok radikalisme mengatakan Aswaja karena Aswaja mengikuti Nabi dan para Sahabat. Sementara Nabi dan para sahabat tidak pernah mengajarkan kekerasan," kata Kiai Ali di Hotel Nam, Jakarta Utara, Sabtu (6/10).

Menurut Kiai Ali, pada peristiwa Fathu Makkah (pembebasan Kota Makkah), Rasulullah melindungi orang-orang yang tidak seakidah, seperti penganut agama Nasrani dan Yahudi, Rasulullah tidak pernah memaksakan ajaran-ajaran Islam agar dianut mereka dan tidak mengenakan zakat, tetapi diganti dengan membayar jizyah atau pajak.

"Artinya, Islam di zaman nabi ini sangat toleran," jelasnya.

Sementara akhir-akhir ini lanjutmya, toleransi yang merupakan salah satu prinsip penting dalam Islam mulai hilang dari pemahaman umatnya. Oleh sebab itu, NU tidak boleh berhenti menanamkan pentingnya toleransi untuk membendung radikalisme.

"Ini tugas NU struktur, pengurus agar lebih memperkenalkan konsep-konsep NU ke depan, mengenalkan Aswaja ala Thariqah an-Nahdhiyah kepada masyarakat," ucapnya.

Aswaja ala Thariqah an-Nahdhiyah mempunyai empat prinsip dasar, yakni tawassuth (moderat), tawazzun (seimbang), i'tidal (adil), dan tasammuh (toleran) yang harus dipegang oleh orang NU. (Husni Sahal/Muiz)

http://www.nu.or.id/post/read/96876/rasulullah-tak-pernah-ajarkan-radikalisme-


#muslimsejati

0 comentários:

Islam Agama cinta damai


Sebelum membahas islam sebagai agama yang damai, setiap individu hendaknya mengetahui hakikatnya sebagai manusia itu apa. Hakikat manusia adalah didalam Al Qur,an di temukan tiga kosakata yang berbeda dengan makna manusia. akan tetapi mempunyai subtansi yang berbeda.


1.       Basyar
Berhubungan dengan sifat biologis, yang berarti manusia makan dan minum.
2.       Insan
Disebutkan dalam Al Qur’an sebanyak 65 kali yang mana Insan berarti makhluk yang menjadi dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
3.       An Nas
Disebutkan dalam Al Qur’an sebanyak 240 kali yang mana Al Nas ini menunjuk kepada manusia sebagai ,akhluk kolektif.

Manusia yang paham akan hakikatnya sebagai manusia tidak akan membahayakan manusia lainnya. Baik dengan pola berpikir, berperilaku, maupun sadar dalam berinteraksi sosial. maka akan salah ketika manusia tersebut menganut ajaran sesat yang jauh dari ajaran islam sesungguhnya


Perbedaan keyakinan tidaklah menyurutkan rasa individualis seseorang atas keyakinan yang menurutnya agama yang paling benar. Keyakinan dalam beragama hendaknya menimbulkan konflik atau perceahan yang menjadikan negara Indonesia jauh dari menjunjung tinggi nilai-nilai nasionalisme..
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan menjunjung tinggi persaudaraan meskipun berbeda keyakinan maka tidak akan adanya konflik dan perpecahan. Sehingga jadilah Indonesia negara yang damai dan tentram. Maka manusia harus sadar hakikatnya sebagai manusia apa. sehingga tidak salah langkah dalam setiap perbuatan yang dilakukan.
#muslimsejati #kontranarasi

0 comentários:

Toleransi Antar Umat Beragama



“Sikap toleransi sangat dianjurkan bagi umat yang beragama, andai kata umat beragama tidak memiliki sikap tersebut, maka akan timbul diskriminasi antara kaum mayoritas terhadap kaum minoritas”
Oleh : Sri Wahyuni 
            Toleransi antar umat beragama sangatlah dibutuhkan di negeri ini. Mengingat Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, suku, ras dan agama. Sebelum membahas toleransi beragama, kita harus tahu dan paham arti dari kata toleransi. Toleransi adalah sikap  tenggang rasa, menghargai, membolehkan, membiarkan orang lain berpendapat lain, melakukan hal-hal yang tidak sependapat dengan kita tanpa melakukan diskriminasi ataupun intimidasi.
Toleransi dalam bahasa arab dikenal dengan istilah tasamuh artinya sama-sama berlaku baik, lemah-lembut, dan saling memaafkan. Toleransi dalam pandangan islam adalah sikap saling menghargai dan menghormati keyakinan dan agama orang lain, bukan menyamakan atau mencampuradukkan agama lain dengan keyakinan islam itu sendiri. Akan tetapi, sikap toleransi yakni membiarkan orang lain menjalankan ibadahnya menurut keyakinannya masing-masing. Konsep toleransi dalam beragama dalam islam yang paling penting adalah tidak bersikap sinkretisme artinya mencari kesamaan antara agama islam dengan agama lain sehingga timbul kesetaraan. Sikap inilah yang dilarang oleh Allah karena dapat menimbulkan syirik (menyekutukan Allah). Sebab dalam Al Qur’an Surat Ali Imran :19  sudah dijelaskan yang artinya “agama yang di ridha’i disisi Allah hanyalah islam”, firman Allah SWT yang lain dalam surat Al Kafirun 1-6 :
Artinya :
1.      Katakanlah (Muhammad),”Wahai orang-orang kafir!
2.      Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah
3.      Dan aku bukan penyembah apa yang kamu sembah
4.      Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah
5.      Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah
6.      Untukmu agamamu dan untukku agamamu

Asbabun Nuzulnya
Latar belakang diturunkannya surat al kafirun ini adalah karena ajakan orang – orang kafir kepada Rasulullah SAW untuk menyembah tuhan (berhala) yang mereka sembah. Mereka ingin mengajak Rasul dan para sahabat untuk menyembah Tuhan orang – orang musyrik mekkah dalam satu tahun, baru kemudian orang – orang musyrik akan menyembah Allah di tahun berikutnya. Dari peristiwa itu, kemudian Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjawab ajakan kaum kafir makkah tersebut.
Kandungan Surat Al Kafirun
1.      Kebenaran hanya milik Allah
2.      Allah memberikan kebebasan memilih pada umat manusia, antara mau beriman ataupun ingkar. Karena Allah sudah benar-benar menjanjikan bahwasanya jika umat yang beriman akan mendapat balasan surga, dan apabila ingkar balasannya neraka
Perilaku yang tercermin dalam Surat Al Kafirun
·         Memiliki keyakinan yang kuat akan kebenaram agama islam yang dianutnya
·         Tidak memcampuradukkan perkara aqidah dan ibadah
·         Bertauhid kepada Allah dan menjauhi perbuatam syirik
·         Beribadah dengan ikhlas dan benar sesuai tuntunan Rosulullah
·         Menghormati pemeluk agama lain dan tidak memaksakan agama kepada orang lain
·         Memberi kebebasan orang lain untuk memeluk suatu agama
·         Tidak mengganggu orang lain yang berbeda keyakinan ketika mereka beribadah
·         Saling menghormati antara pemeluk agama yang satu dengan pemeluk agama yag lain. (PPT, Sri Wahyuni, Tafsir Tarbawi)
Konsep toleransi dalam beragama dalam islam yang kedua adalah tidak memaksakan agama islam kepada pemeluk agama lain. Contoh : memaksa seorang umat kristiani untuk memeluk atau menganut ajaran islam. Ini contoh kasus yang salah, sebab islam mengajarkan tidak ada paksaan dalam memeluk agama islam. Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 256 yang artinya :
Artinya :
Tidak ada paksaan dalam masuk ke dalam islam, karena telah jelas antara petunjuk dari kesesatan. Maka barang siapa yang ingkar kepada toghut dan beriman kepada Allah, sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang kuat yang tidak pernah putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Kandungan surat Al Baqarah 256 :
Janganlah memaksa seorangpun untuk masuk islam. Islam adalah agama yang jelas dan gamblang tentang semua ajaran dan bukti kebenarannya, sehingga tidak perlu memaksakan seseorang untuk masuk ke dalamnya. Orang yang mendapat hidayah, terbuka, lapang dadanya, dan terang mata hatinya pasti akan masuk islam dengan bukti yang kuat. Dan barang siapa yang buta mata hatinya, tertutup penglihatan dan pendengarannya maka tidak layak baginya masuk islam dengan paksa. (Tafsir Ibnu Katsir)
Konsep toleransi dalam beragama dalam islam yang ketiga adalah toleransi dalam hubungan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Orang islam dianjurkan untuk berbuat adil  dan hidup rukun kepada non muslim selagi non muslim tidak secara terang-terangan menyatakan permusuhan kepada kaum muslim, artinya islam menganjurkan agar berbuat baik kepada kaum kuffar selama mereka sama-sama berbuat baik dan tidak memusuhi umat islam selama tidak melanggar ajaran dan ketentuan agama islam.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa toleransi antar umat beragama yaitu larangan mendiskriminasi agama orang lain dalam kehidupan umat beragama. Selain alasan diatas, kita harus punya kesadaran bahwa tujuan kita beragama sendiri ialah bukan untuk menindas orang lain atau kaum tertentu. Yang menjadi lawan ataupun musuh tiap agama bukanlah umat beragama lain melainkan setan.
Sikap toleransi sangat dianjurkan bagi umat yang beragama, andai kata umat beragama tidak memiliki sikap tersebut, maka akan timbul diskriminasi kaum mayoritas terhadap kaum minoritas. Kaum yang dianggap kecil akan di tindas baik secara fisik maupun non fisik.  Jika itu sampai terjadi terus menerus, maka banyak hal buruk yang akan terjadi seperti pertikaian antar pemeluk agama bahkan bisa memicu antar Negara. Kejadian seperti ini didasari beberapa hal :
1.      Perdebatan agama
Realitanya, kita hidup berdampingan dengan umat beragama lain di lingkungan kita. Biasanya, dibenak kita muncul suatu pemikiran dan bertanya –tanya apa yang mereka lakukan dalam beribadah. Kemudian akan timbul perdebatan kecil  yang kemudian terus berkembang dan tidak akan akan pernah selesai karena dasar yang di pegang berbeda.
2.      Salah Tafsir
Banyak sekali perdebatan yang di mulai dari salah tafsir, sebab hal seperti ini lebih berbahaya. Oleh karena itu diperlukan tokoh agama yang baik dan benar untuk meluruskannya.
3.      Mudah Terprovokasi
Terkadang sekelompok orang yang mempunyai kepentingan, akan memanfaatkan keberagaman umat beragama untuk mencapai apa yang mereka inginkan sehingga timbullah pertikaian. (“Toleransi Umat Beragama”, Pendidikan Hidup Anak Muda, http://tommysatriyadi.blogspot.com) (diakses 24 Maret 2017)
4.      Para pemeluk agama tidak mampu menehan diri, sehingga kurang menghormati bahkan memandang rendah agama lain
5.      Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, maupun antara umat beragama dengan pemerintah, dan
6.      Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat.
            Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, hendaklah kita hidup bertoleransi terhadap agama lain seperti :
1.      Saling menghargai
2.      Saling menolong
3.      Menghormati orang lain pada saat melakukan ibadah
4.      Menghormati acara umat lain
5.      Tidak mengganggunya, tidak membuat kegaduhan dan berisik.
6.      Bisa menerima pendapat orang lain
7.      Menjaga Sopan Santun/etika
8.      Berteman dengan semua penganut agama (tidak memilih-milih teman)
Dengan begitu, sikap toleransi antar umat beragama akan terjalin. Sehingga tidak akan terjadi perpecahan dan dapat mempererat hubungan sesama manusia.

0 comentários:

Tangkal Radikalisme, Ajaran Pancasila Harus Aktif Didengungkan


 Ancaman bahaya terorisme masih menjadi kekhawatiran intoleransi untuk ketahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebagai ideologi bangsa, Pancasila harus aktif didengungkan untuk merekatkan rasa persatuan negara dan menangkal paham radikalisme yang berujung aksi terorisme.
Untuk mendukung Pancasila sebagai simbol perekatan persatuan, Komunitas Bela Indonesia (KBI) melakukan terobosan dengan menghelat pelatihan juru bicara Pancasila. Upaya komunitas ini sebagai bentuk karena kecintaan terhadap Pancasila oleh warga negara terutama kaum milenial yang sudah agak memudar.Sebanyak 40 orang peserta dari latar belakang aktivis mahasiswa, perwakilan organisasi keagamaan Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha sampai penghayat kepercayaan ikut pelatihan KBI selama empat hari, mulai Jumat, 31 Agustus 2018 sampai Senin, 3 September 2018.  Ditargetkan nanti ada 1000 juru bicara Pancasila dari 25 provinsi untuk membantu masyarakat ke berbagai daerah.
Koordinator KBI, Anick HT mengatakan salah satu yang disoroti dalam ancaman terorisme yang mengancam Pancasila adalah perkembangan media sosial. Menurut dia, 40 orang tersebut salah satunya dilatih juga untuk pengelolaan media sosial. Sebab, konten negatif seperti paham radikal masih bertebaran di medsos.
“Beberapa riset menunjukkan dunia medsos saat ini ternyata follower para influencer atau tokoh masyarakat menyebarkan konten negatif lebih banyak daripada yang kontennya positif. Apa yang terjadi jika Pancasila memudar sebagai identitas nasional,” ujar Anick dalam keterangannya, Rabu, 5 September 2018.
Anick mengingatkan ancaman terorisme saat ini sudah pada tahap yang mengkhawatirkan karena masuk ke level anak-anak sebagai terduga pelaku. Peristiwa teror bom Surabaya pada 13 Mei 2018 lalu harus menjadi pembelajaran.
Untuk itu, Pancasila sebagai ideologi bangsa yang menjadi perekat terbaik perlu didengungkan berulangkali dan terus dipromosikan.
Mozaik Garuda Pancasila.Ilustrasi Pancasila
Salah seorang narasumber dalam pelatihan tersebut, KH Mohammad Monib menceritakan pengalamannya yang pernah terjerumus paham radikal. Kini, Monib yang menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Fatihatul Quran Bogor ini mengklaim sudah insyaf dan mengakui Pancasila sebagai ideologi bangsa.
“Saat itu seperti santri-santri lain, saya menganggap orang di luar saya salah semua. Dan cenderung memusuhi mereka. Bahkan bersalaman dengan non-muslim bagi saya adalah najis,” sebutnya.
Sebelumnya, dalam surveinya beberapa bulan yang lalu, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menemukan data mengkhawatirkan. Dalam survei, ditemukan sejak tahun 2005, lalu 2010, 2015 hingga 2018, warga pro Pancasila mengalami penurunan dari 85,2 persen menuju 75.3 persen.
Adapun selama 13 tahun terakhir, dukungan warga kepada Pancasila menurun sekitar 10 persen. Di sisi lain, di era yang sama, pendukung NKRI bersyariah naik 9 persen. Publik yang pro NKRI bersyariah tumbuh dari 4,6% (2005) menjadi 13,2% (2018).
Target 1000 orang dari 25 provinsi untuk melakukan kerja-kerja kebangsaan secara sistematis dan massif. Para KIB saat ini juga sudah memproduksi buku rujukan utama berjudul Rumah Bersama Kita Bernama Indonesia, yang ditulis Denny JA dan tim.

0 comentários:

Bila Pancasila Dilaksanakan dengan Baik, Radikalisme dan Terorisme Akan Terbendung kata Lily Wahid


Bila Pancasila Dilaksanakan dengan Baik, Radikalisme dan Terorisme Akan Terbendung kata Lily Wahid
Tribunnews.com/Rachmat Hidayat
Lily Wahid 
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Jelang hari kesaktian Pancasila 1 oktober 2018 tokoh kebangsaan Hj. Lily Chodidjah Wahidmengimbau seluruh bangsa Indonesia untuk kembali menjadikan Pancasila bukan sekadar lima sila yang tertera dalam hurup, tapi melaksanakan Pancasila sebagai sebuah falsafah hidup bangsa dalam kehidupan sehari-hari.
"Kalau lima sila itu betul-betul dilaksanakan, pasti akan menjadi kekuatan hebat bagi bangsa Indonesia yang majemuk tapi bersatu,” ungkap Hj. Lily Chodidjah Wahid, Sabtu (29/9/2018).
Cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asyari itu yakin bila Pancasiladilaksanakan dengan baik, masuknya berbagai ideologi asing seperti radikalisme dan terorisme, otomatis akan terbendung.
Menurutnya, Pancasila sangat ideal dengan Indonesia. Dan itu sudah dipikirkan dengan matang oleh para founding fathers bangsa saat memutuskan Pancasila yang ada dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai ideologi dan landasan hidup bangsa, dengan mengganti tujuh kata dalam Piagam Jakarta yaitu “Ketoehanan, dengan kewajiban mendjalankan sjariat Islam bagi pemeloek-pemeloeknja” dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Itu dilakukan demi untuk mengakomodir keinginan saudara-saudara kita dari Indonesia timur. Pasalnya, Indonesia timur mau bergabung dengan Indonesia bila tujuh kata itu dihilangkan.
“Itu kontribusi umat islam yang sangat besar. Kalau hari ini ada isu intoleransi, itu adalah buah gangguan dari luar yang memang ingin memecah belah bangsa kita. Wong selama ini selama 72 tahun merdeka tidak ada apa-apa, dengan tujuh anak kata yang dihilangkan itu,” jelas Hj. Lily Wahid.
Ia menilai, upaya-upaya yang ingin memecah belah Indonesia itu adalah sebuah setingan internasional yang ingin menjadikan Indonesia menjadi beberapa negara bagian. Upaya pecah belah itu sudah lama dilakukan, namun sampai saat ini tidak pernah berhasil.
Konspirasi internasional itu tidak lepas dari keinginan negara-negara asing yang ingin menguasai sumber daya alam Indonesia yang sangat kaya.
“Mereka menggunakan cara-cara dengan ongkos murah yaitu adu domba. Hari ini yang mereka benturkan islam dengan islam dan yang dipakai sebagai isu salah satunya intoleransi dan kebhinekaan. PadahalPancasila sebagai sebuah kesatuan sudah menjaga kita dari benturan sesama anak bangsa,” urai mantan anggota DPR RI dari Fraksi PKB ini.
Ia mengaku kondisi bangsa Indonesia yang karut marut akhir-akhir ini akibat mulai lunturnya pemahaman dan pengamalanPancasila, terutama di kalangan generasi muda. Bahkan banyak orang Indonesia yang sudah tidak hafal lagi dengan sila-silaPancasila.
Untuk itu ia sangat mendukung upaya pemerintah yang ingin kembali mengaktualisasikan kembali Pancasilasebagai falsafah hidup bangsa.
Menurutnya, nilai-nilai Pancasila inheren dengan kehidupan bangsa Indonesia karena kemanusiaan itu bagian dari keimanan, turunan dari ketuhanan. Kemudian keadilan sosial ini adalah dakwah bil hal-nya, dalam kenyataan sehari-harinya.
“Jadi sebetulnya harus kita upayakan untuk memperbaiki keadaan hari ini adalah membangkitkan kembali persatuan Indonesia dan musyawarah mufakat,” tutur Lily Wahid.
#muslimsejati
Sumber :http://m.tribunnews.com/metropolitan/2018/09/30/bila-pancasila-dilaksanakan-dengan-baik-radikalisme-dan-terorisme-akan-terbendung-kata-lily-wahid

0 comentários:

Untuk Hentikan Radikalisme, Lepaskan Ambisi Kekuasaan


Untuk Hentikan Radikalisme, Lepaskan Ambisi Kekuasaan
Abdullah, NU Online
Jakarta, NU Online
Menguatnya radikalisme yang berujung pada maraknya tindak kekerasan lahir dari aspirasi kekuasaan. Hal ini, menurut KH Masdar Farid Masudi, diyakini betul oleh umat Islam.
 
"Radikalisasi yang mewujud pada tindak kekerasan itu muncul karena aspirasi kekuasaan yang sangat kental dalam kesadaran akan keyakinan umat Islam," katanya saat menjadi narasumber pada peluncuran dan diskusi buku Islam, Pancasila, dan Deradikalisasi di Universitas Paramadina, Jalan Gatot Subroto, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Rabu (26/9).
 
Bagi Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu, cara menghentikan laju radikalisme adalah melepaskan ambisi kekuasaan. 

"Kalau mau melakukan deradikalisasi, dalam konteks keislaman, jawaban paling strategtis menurut saya ya lepaskan itu ambisi kenegaraan (Islam), kekuasaan," ujarnya.
 
Sebab, lanjutnya, Islam tidak boleh diperjuangkan dengan cara-cara kekerasan. "Jangan lagi terobsesi Negara Islam," tegasnya.
 
Kiai Masdar sendiri mempertanyakan asal usul penyebutan negara Islam. Padahal, negara-negara yang berpenduduk mayoritas agama lain tidak melabelkan diri dengan negara agama tersebut. Ia mencontohkan India yang tidak melabelkan dirinya sebagai negara Hindu dan Thailand yang tidak menyebut dirinya sebagai negara Budha.
 
"Tapi kenapa negara dengan berpenduduk Muslim terbesar meyakini betul Islam dijadikan label resmi negara," katanya.
 
Hal tersebut, menurutnya, perlu penelitian lebih lanjut. "Ini saya kira dari mahasiswa Paramadina boleh dilacak ini," ungkapnya.
 
Sementara itu, Pengamat Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengungkapkan bahwa Islam Indonesia sudah sangat baik mengingat tidak mengajarkan permusuhan terhadap kaum minoritas. 

"Kita tidak pernah diajarkan untuk bermusuhan dengan kaum minoritas. Kita tidak pernah diajarkan untuk bermusuhan dengan agama lain," katanya.
 
Menurut Hendri, buku yang ditulis oleh syaiful Arif itu penting guna mengingatkan masyarakat, bahwa Indonesia baik-baik saja dengan adanya Pancasila. "Di Indonesia itu ada Islam, ada Pancasila dan baik-baik saja," terangnya.

Islam dan Pancasila, menurutnya, merupakan jawaban untuk mengatasi radikalisme di Indonesia. "Karena Islam mengajarkan persaudaraan dan Pancasila juga mengajarkan persaudaraan. Islam mengajarkan kebangsaan, Pancasila juga mengajarkan kebangsaan," pungkasnya. (Syakir NF/Abdullah Alawi)http://www.nu.or.id/post/read/96361/untuk-hentikan-radikalisme-lepaskan-ambisi-kekuasaan

0 comentários: